Waspada Tuberkulosis Resisten Obat di Masa Pandemi

April 03, 2022 | Iman

Tuberkolosis

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang paling mematikan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Di dunia, terdapat lebih dari 4100 orang meninggal dunia dan hampir 30.000 orang tertular penyakit ini pada setiap harinya. 

TB juga merupakan penyebab utama kematian orang dengan HIV dan kontributor utama resistensi antimikroba. Hanya satu per tiga pasien tuberkulosis Multi Drugs Resistance atau TB MDR atau juga disebut TB Resisten Obat (TB RO) yang dapat mengakses pengobatan.

Dr. dr. RR. Diah Handayani, Sp.P(K) mengatakan kasus TB perlu kita waspadai di masa pandemi Covid-19 saat ini. Selama pandemi Covid-19, terjadi penurunan jumlah kasus terdeteksi yang berbanding terbalik dengan data kasus kematian akibat TB. 

Kasus pandemi Covid-19 menghambat proses tracing dan pemeriksaan TB. TCM (Tes Cepat Molekuler) yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan TB, digunakan untuk pemeriksaan Covid-19. Kasus TB yang tidak diobati dapat meningkatkan ancaman kematian dan kejadian TB Resisten Obat (TB-RO).

Selain itu, dr Diah juga menjelaskan terkait TB Resisten Obat (TB-RO). Dalam sebuah penelitian yang beliau lakukan terhadap 6 pasien TB-RO, hanya 1 pasien yang tidak ada anggota keluarga di rumah yang terinfeksi, hal ini mungkin disebabkan adanya pemisahan ruangan pasien di rumah tersebut. 

Sementara 5 pasien lainnya, ada lebih dari 50% anggota keluarganya yang terinfeksi TB (karena tidak ada pemisahan ruangan dengan pasien-pasien tersebut) dan bisa menderita penyakit TB-RO jika imunitasnya saat itu sedang turun. 

YesDok Ads

“Sehingga, risiko penularan TB pada kontak erat meningkat. Berdasarkan data di tahun 2020, faktor risiko TB di Indonesia didominasi oleh kejadian malnutrisi dan kemudian menyusul perilaku merokok. Angka kematian TB di Indonesia yaitu mencapai 200 orang per hari,” ucapnya.

Dr Diah membagikan beberapa tips pencegahan dan pengendalian infeksi TB dan Covid-19 yaitu menerapkan kebersihan tangan, menerapkan etika batuk, memakai masker, menjaga jarak dengan orang yang sehat, serta membatasi aktivitas di luar ruangan. 

Untuk pasien baru yang mempunyai gejala infeksi saluran napas, dr Diah mengatakan perlu dilakukan evaluasi ke arah TB maupun Covid-19. Pasien TB yang terdiagnosis Covid-19 dirawat di ruang isolasi Covid-19 tetap mengonsumsi obat TB bersama dengan obat untuk Covid-19. 

Pasien juga tetap melakukan pengobatan dan kontrol melalui telemedicine. Terutama juga jika pasien dengan komorbid, harus dikendalikan dengan baik. Terakhir, investigasi kontak serumah untuk PCR SARS CoV-2 dan gejala TB dengan TCM juga tak kalah penting agar penyebaran infeksi dapat diminimalisir.

(Foto: parashospital)

YesDok Ads