Waspada Lemak Hati Berlebih Pada Anak

July 14, 2019 | Iman

Pola makan seorang anak baiknya ditentukan oleh orang tuanya, namun jika orang tua tak bijak dan tidak mengelolanya dengan baik, anak akan mengalami kegemukan, yang bisa berujung pada penyakit kronis lainnya, seperti kolesterol, darah tinggi dan diabetes.

Porsi makan anak juga perlu diperhatikan, bukan berarti mereka boleh makan dengan semaunya. Sejak masih kecil, anak harus dilatih untuk menjaga pola makan dan memilih jenis makanan yang dikonsumsi.

Apabila orangtua lepas tangan dan membiarkan anak makan makanan sekehendak hatinya, kebiasaan tidak sehat ini akan terus dibawa oleh anak hingga dewasa nanti. Pada dasarnya, anak bisa terkena diabetes dari beragam faktor risiko. Bisa karena pola makannya, kegemukan, atau penyakit lain yang berawal dari kegemukan itu sendiri. Salah satunya penyakit hati non-alkoholik (non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD) yaitu kelebihan lemak dalam hati.

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di AS menunjukkan sepertiga anak dengan NAFLD berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2. Hal ini didasarkan pada pengamatan terhadap 675 anak dengan NAFLD berusia di bawah 18 tahun, dengan indeks massa tubuh (BMI) rata-rata adalah 32. NAFLD sebenarnya tak hanya dipicu oleh obesitas, tetapi juga bisa karena faktor genetik atau pengobatan tertentu yang dikonsumsi dalam kurun waktu lama.

"Namun dari pengamatan kami, NAFLD adalah salah satu faktor risiko terbesar dari diabetes tipe 2 pada anak-anak," ucap direktur Fatty Liver Clinic, Rady Children's Hospital, San Diego, Amerika, Dr Jeffrey B Schwimmer, seperti yang dilansir laman Foxnews.

Temuan ini tidak dapat disepelekan karena pada pasien NAFLD yang juga mengidap diabetes tipe 2, mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit hati yang lebih buruk yaitu nonalcoholic steatohepatitis (NASH), yang bisa mengakibatkan sirosis, penyakit hati stadium akhir hingga kanker.

YesDok Ads

Apalagi NAFLD dikenal hanya bisa dikendalikan namun tak bisa disembuhkan. Terbukti dari studi yang sama juga ditemukan lebih dari 40 persen anak dengan diabetes tipe 2 juga mengidap NASH. "Untuk itu perhatian dan treatment khusus harus diberikan kepada anak dengan kombinasi dua kondisi ini karena mereka punya risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecacatan bahkan meninggal lebih cepat," tandas dr Schwimmer seperti dikutip dari Diabetes.co.uk.

Ia menuturkan treatment khusus yang dimaksud di antaranya perbaikan pola makan dan memberikan latihan fisik pada anak yang dapat menurunkan berat badan si anak.

Sementara itu, konsultan gizi Jansen Ongko menegaskan agar anak-anak dijauhkan dari junk food, yaitu makanan yang minim gizi, vitamin dan mineral serta tinggi kalori, lemak dan gula. “Mengapa? Karena anak-anak itu indra perasanya baru tumbuh, jadi sangat mudah ketagihan jika diberikan junk food. Ditambah penyedap, pemanis, pewarna, anak pasti jadi lebih suka makan makanan buatan restoran daripada makanan buatan ibu dirumah," papar Jansen.

Ia juga mengatakan agar menghindari juga kebiasaan membelikan junk food jika anak berprestasi atau saat merayakan sesuatu karena dengan euforia tersebut, efek adiktif junk food bisa semakin meningkat dan melekat pada anak. Jansen menyarankan para orangtua untuk mencoba membuat anak-anak duduk makan bersama keluarga dengan makanan sehat sesering mungkin, batasi menonton TV, dan baiknya waktu menonton untuk anak hanya 2 jam sehari atau kurang dari itu setiap harinya. 

“Seperti disebutkan di atas, para orang tua harus selalu melibatkan anak-anak dalam kegiatan fisik dan memberi mereka diet yang tepat serta membatasi mereka dari konsumsi berlebihan pada junk food, fast food dan permen,” pungkas Jansen.

(Foto: hindustantimes.com)

YesDok Ads