Tidak Bahagia? Mungkin Anda Kurang Tidur

September 25, 2020 | Claudia

Kurang tidur

Sebuah penelitian menemukan bahwa cukup tidur membantu menjaga keseimbangan emosional seseorang, dan membuatnya dapat menikmati hal-hal baik di dalam hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi kesehatan yang dikaitkan dengan kurang tidur. Sebuah studi baru dari University of British Columbia (UBC) di Vancouver, Kanada, menyelidiki efek psikologis dari kurang tidur.

Para peneliti menemukan bahwa setelah memiliki waktu tidur malam yang tidak cukup, kapasitas seseorang untuk terus berpikir positif dapat berkurang, terutama ketika ia dihadapkan dengan peristiwa yang menantang secara emosional. Tak hanya itu, mereka yang kurang tidur juga kurang bisa menikmati pengalaman positif dalam hidupnya.

Penulis utama studi tersebut, psikolog kesehatan Nancy Sin dari UBC, menjelaskan bagaimana kurang tidur dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih stres.

“Saat orang mengalami sesuatu yang positif, seperti mendapatkan pelukan atau menikmati udara segar di alam terbuka, mereka biasanya akan merasa lebih bahagia. Tapi kami menemukan bahwa ketika seseorang kurang tidur, mereka tidak mendapatkan luapan emosi positif ketika tengah mendapatkan atau melakukan suatu hal yang menyenangkan," ujar Sin.

Sementara itu, stres dikaitkan dengan berbagai efek berbahaya, sehingga memperparah kerusakan yang disebabkan oleh kurang tidur.

Studi tersebut muncul di jurnal Health Psychology .

“Menurut pedoman yang direkomendasikan, seseorang butuh waktu tujuh jam untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, namun, satu dari tiga orang dewasa tidak memenuhi standar ini,” kata Sin.

Untuk mengeksplorasi efek dari kurang tidur, Sin dan rekannya menganalisis kumpulan data yang ada dari 1.982 penduduk Amerika Serikat, 57% di antaranya adalah wanita. Para peserta memberikan rincian sosiodemografik dan kondisi kronis yang mereka miliki kepada para peneliti di awal penelitian.

YesDok Ads

Orang-orang itu juga diharuskan menulis buku harian. Selama delapan hari berturut-turut, mereka diwawancarai setiap hari melalui panggilan telepon, di mana peserta melaporkan jumlah jam tidur mereka pada malam sebelumnya.

Setiap orang juga menggambarkan peristiwa yang terjadi pada hari mereka. Mereka mengingat masalah yang mereka hadapi: ketegangan antarpribadi, pertengkaran, perasaan diskriminasi, dan stres dengan rekan kerja dan keluarga. Selain itu, mereka juga mengingat hal-hal baik yang terjadi. Partisipan juga melaporkan respons emosional mereka sejak hari itu, baik positif maupun negatif.

Pola yang muncul adalah berkurangnya kemampuan bertahan atau merasa positif ketika partisipan kurang tidur. Saat mengalami stres, mereka merasa lebih sulit untuk menjaga keseimbangan emosi. Dan ketika hal-hal baik terjadi, perasaan gembira atau bahagia itu diredam.

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa individu dengan kondisi kesehatan kronis, termasuk diabetes, kanker, dan penyakit jantung, cenderung lebih reaktif secara emosional ketika dihadapkan pada peristiwa stres. Menimbang bahwa tidur lebih banyak dapat membantu mencegah hal ini, Sin mengatakan dia tertarik untuk mempelajari “apakah orang dewasa dengan kondisi kesehatan kronis dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dari tidur, daripada orang dewasa yang sehat”.

Penemuan studi menunjukkan bahwa ini mungkin masalahnya, katanya.

"Bagi mereka dengan kondisi kesehatan kronis, kami menemukan bahwa tidur yang lebih lama, yakni jika dibandingkan dengan durasi tidur biasanya, menyebabkan respons yang lebih baik terhadap pengalaman positif keesokan harinya,"

Sin berharap studi seperti miliknya akan meyakinkan orang untuk memprioritaskan tidur yang cukup, sebagai cara untuk tetap sehat dan memiliki hari-hari yang lebih baik dan bahagia.

(Foto: insider.com)

YesDok Ads