#penelitian

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) varian Omicron mendominasi di AS. Para peneliti terus mempelajari lebih banyak tentang perbedaan dan gejalanya.

Selama pandemi Covid-19, perangkat yang dikenal sebagai pulse oximeter menjadi dikenal dan direkomendasikan karena kemampuannya untuk memberikan diagnosis dan pengukuran kadar oksigen darah dalam tubuh. Orang yang terinfeksi virus dan orang dengan gejala diminta untuk memantau tingkat mereka untuk tujuan pengobatan dengan alat tersebut.

Selain melakukan aktivitas rutin, tidur juga memainkan peran penting dalam kesehatann keseluruhan. Tahukah Anda jika terlalu lama dengan tidur bermasalah bagi kesehatan?

Memesan makanan di restoran sesekali waktu di saat Anda sibuk memang membantu. Seringkali hal tersebut dapat memangkas waktu di tengah kesibukan Anda. Tapi tahukah bahwa sering membeli makanan dari luar dapat mengurangi umur panjang Anda.

Diabetes adalah pembunuh senyap paling berbahaya di dunia. Jutaan orang menderita diabetes. Diabetes adalah penyakit gaya hidup yang membutuhkan penanganan seumur hidup.

Siapa tidak mengenal monosodium glutamate (MSG). MSG banyak terdaapat di beberapa makanan. Sejak dulu MSG banyak dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan. Lantas apakah demikian?

Semua orang pasti tidak mau dirinya jatuh sakit. Sakit seperti demam atau flu dapat mengganggu beragam aktivitas Anda. Untungnya, para ilmuwan telah menemukan metode yang dapat mempercepat laju kerja obat lebih cepat.

Serangan jantung adalah keadaan darurat medis, yang membutuhkan bantuan medis segera. Gejala serangan jantung mulai muncul jauh sebelum kejadian sebenarnya yang kebanyakan luput dari perhatian.

Sebagian besar dari kita mungkin memiliki kebiasaan menggunakan ponsel atau menonton serial kesayangan serial sebelum kita tidur. Padahal kita sadar bahwa cahaya biru dari ponsel bisa mengganggu tidur kita. Jika iya mungkin perlu berhati-hati, karena ada penelitian yang mengejutkan akan hal ini.

Penyakit kardiovaskular adalah penyebab nomor 1 kematian global di dunia.

Pembukaan kembali sekolah dan penitipan anak selama pandemi terus menjadi pembahasan yang diperdebatkan, karena penelitian baru menunjukkan bahwa anak-anak tidak sekuat dan tidak anti terhadap COVID-19 seperti yang diyakini banyak orang sebelumnya.

Kekebalan tubuh memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan fisik dan mental sehingga seseorang terhindar dari penyakit. Imunitas manusia bertanggung jawab menjaga kekebalan tubuh sehingga melindungi tubuh dari infeksi.

Rasa malas adalah hal lumrah yang dimiliki setiap manusia. Namun apa jadinya jika masalah ini berlangsung terus-menerus bahkan di masa pandemi.

Sama seperti memakai alas kaki sebelum keluar rumah, menggunakan masker juga menjadi sama pentingnya di masa pandemi Covid-19. Masker berguna untuk melindungi risiko penularan dari setiap interaksi individu.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa selama lockdown karena pandemi Coronavirus, sebagian besar ibu khawatir dan selalu menekankan seputar sanitasi agar anak-anak mereka tetap sehat.

Sains dan agama terkadang menjadi dua hal yang sulit berjalan beriringan. Di tengah pencarian pengobatan atau vaksin COVID-19 yang efektif, para peneliti telah mencari cara alternatif untuk membantu orang yang terinfeksi. 

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penyakit coronavirus (COVID-19) dapat hidup pada permukaan seperti kaca, plastik, baja, atau kardus. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan seluruh dunia untuk menerapkan social distancing atau jaga jarak sosial dalam melawan pandemi corona. Menurut studi terbaru Harvard, dunia perlu penerapan jaga jarak sosial hingga 2022. Hal ini guna antisipasi melojaknya gelombang kedua Covid-19 dan daya tampung rumah sakit.

Di masa pandemi Covid-19 kita dituntut menjaga jarak sosial dan hindari kontak fisik, termasuk olahraga. Hal ini berbanding lurus tentang studi di Belanda yang mengingatkan bahaya ketika berlari, bersepeda, maupun berjalan kaki. 

Coronavirus (Covid-19) diketahui mampu menyerang sel-sel kunci di hidung. Baru-baru ini peneliti Harvard Medical School mengemukakan bahwa pasien corona kehilangan kemampuan indera penciuman mereka.