Studi: Kesepian Mampu Pengaruhi Otak dan Umur Manusia

January 11, 2020 | Iman

Kesepian

Selama berabad-abad, kesepian sejatinya merupakan hal yang manusiawi. Beberapa penyair, novelis, hingga penulis lagu coba menangkap momen ini untuk menjadi sebuah karya. Tetapi beberapa peneliti berpendapat bahwa itu lebih dari sekadar masalah perasaan: Ini adalah momok, penyakit, kondisi yang harus diperlakukan seperti penyakit dan yang menular dan mematikan sebetulnya.

Seperti dilansir Prevention, sebuah studi menyebut jika keadaan kesepian dan kurang memiliki koneksi sosial dianggap lebih berbahaya daripada merokok 15 batang perhari dan lebih mematikan dari risiko obesitas. Jadi sudah saatnya Anda lebih peka terhadap gejala ini, sebab sejatinya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup menyendiri.

“Orang-orang menganggap masalah sepi mereka hanya persoalan emosional; mereka tidak mengenali efek mendalam terhadap kesehatan fisik,” kata profesor psikologi, Julianne Holt-Lunstad. Dalam penelitiannya, Holt-Lunstad menyebut orang yang kesepian memiliki kemungkinan 26% peningkatan kematian dini. Bagi mereka yang kurang memiliki kontak sosial kemungkinannya naik menjadi 29%, dan itu melonjak menjadi 32% ketika Anda memilih hidup menyendiri.

 “Anda perlu memperhatikan hubungan sosial kita seserius memperhatikan pola makan dan nutrisi penting,” kata Holt lebih jauh.

Kenapa Kita Merasa Kesepian?

Banyak sebagian orang di Amerika memilih hidup sendiri. Salah satu faktornya bisa disebabkan oleh pilihan hidup hingga revolusi industri yang begitu cepat. Bahkan, menurut jajak pendapat terbaru terhadap 20.000 orang di AS yang dilakukan oleh Cigna, anggota yang paling kesepian dari Generasi Z (usia antara 7 dan 22 tahun) secara merata terbagi antara mereka yang menggunakan media sosial dan mereka yang tidak.

Dalam jajak pendapat tersebut, kelompok usia dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun menjadi orang yang paling kesepian. Mereka kesepian umumnya karena tidak cukup koneksi sosial dan teman yang mudah dijangkau.

Sedangkan kelompok orang-orang usia produktif 30-50 menjadi yang paling kurang akan risiko mangalami kesepian. Sebab rata-rata mereka disibukkan dengan lingkungan seperti rekan kerja yang membuat kurangnya waktu untuk hidup menyendiri.

Kesepian bukan hanya menyoal menyendiri. Lebih jauh kepada kualitas suatu koneksi atau hubungan. “Semakin puas Anda dengan mereka, semakin Anda tidak kesepian. Usia paruh baya adalah ketika ketidakpuasan itu sering kali paling tinggi dan ketika penyakit mulai muncul,” kata profesor psikiatri, kedokteran, dan ilmu biobehavioral, Steve Cole.

Melindungi diri Dari Rasa Sepi

Para peneliti mengatakan kesepian kronis memicu ketidakpercayaan terhadap orang lain, paranoia, dan harapan rasa sakit emosional. Kelompok usia 45 hingga 65 tahun, yang memiliki tingkat bunuh diri tertinggi akan masalah ini menurut studi yang diterbitkan oleh American Association of Suicidology. Kerabat terdekat, rekan kerja, hingga pernikahan bisa menjadi pereda gejala rasa sepi. Tapi sekali lagi itu bukan tameng, kehidupan keluarga yang kurang harmonis kadang menjadi pemicu kesepian awal yang lebih serius.

Seperti halnya penyakit, kesepian lebih mudah dicegah daripada diobati. Ahli ilmu saraf dari University of Chicago, Stephanie Cacioppo mengatakan, “Olahraga, jalinan persahabatan, serta mempraktikkan rasa timbal balik dan terima kasih menjadi solusi pencegah kesepian.”

Lebih jauh Holt juga mengatakan jika nuansa interaksi sosial dapat menjadi komponen erat dalam menekan angka emosional dan risiko kesehatan. “Hidup berkelompok dan temukan apa yang Anda suka. Misalnya menjadi bagian dari komunitas olahraga menjadi sarana efektif dalam mengelola kesadaran ini,” Holt menambahkan.

(Foto: aftermath)

YesDok Ads