Memberikan si kecil makanan memang susah susah gampang. Banyak tantangan yang dihadapi orang tua salah satunya adalah mengemut makanan. Pada usia batita, anak-anak memang lebih senang menyimpan makanan lebih lama ketimbang langsung menelannya. Sehingga sesi makan si kecil menjadi lebih lama.
Secara bertahap si kecil belajar mengenal tekstur, konsistensi, rasa, bau dan jenis makanan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Menurut IDAI, penyebab si kecil mengemut makanannya karena proses makan yang berlangsung lebih dari satu jam. Karena banyak orangtua terlalu berorientasi untuk menghabiskan target volume atau banyaknya makanan.
Penyebab lainnya karena banyaknya pengganggu yang ada di sekeliling anak. Seperti mainan, televisi, gadget dan kegiatan orang dewasa di sekitarnya yang membuat perhatian si kecil teralihkan sehingga melupakan kegiatan makannya dan berhenti mengunyah makanan. Serta faktor rasa dari makanan tersebut yang kurang disukai si kecil atau terasa tidak enak.
Untuk mengatasinya, Anda bisa menerapkan aturan makan yang meliputi jadwal makan. Buatlah jadwal makan yang tetap dan proses makan yang tidak lebih dari 30 menit. Lalu ciptakan suasana makan yang nyaman, tidak memaksa, tidak ada gangguan gadget dan TV dan hindari mengajak anak makan sambil jalan-jalan.
Untuk porsi makanannya, berikan dalam porsi yang sedikit namun sering. Anda bisa mendahulukan makanan padat kemudian yang cair, berikan variasi makanan yang beragam, dan jangan takut mencoba memberikan menu makanan yang baru. Anda juga dapat membatasi camilan sebelum makan agar anak tidak merasa kenyang dan rentan menolak makanan atau mengemut makanan.
Agar si kecil mau makan, ajaklah si kecil untuk makanan bersama. Tawarkan satu per satu menu makanan yang ada dan biarkan si kecil mencicipinya agar tidak bosan makan menu yang itu-itu saja. Makan bersama juga dapat membuat si kecil lebih bersemangat menghabiskan makanannya. Dari makan bersama ini si kecil akan melihat bagaimana orang dewasa menikmati makanan mulai dari mengunyah, menggigit dan menelan. Hal ini akan mendorong si kecil melakukan hal serupa.
(Foto: unicef)
