Setelah Berpuluh Tahun, Vaksin HIV Terbaru Akhirnya Menjanjikan

April 24, 2021 | Claudia

HIV/AIDS

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome. Kasus HIV pertama kali ditemukan CDC pada Juni 1981. Namun setelah 40 tahun waktu berselang, hingga kini vaksin yang tepat dan bekerja maksimal untuk HIV masih belum ditemukan.

Ketika HIV pertama kali ditemukan, para peneliti mengira bahwa vaksin untuk virus ini dapat dibuat dengan cepat, seperti yang telah dilakukan untuk penyakit seperti campak, cacar air, dan hepatitis B. Namun nyatanya, ada banyak sekali rintangan yang ditemukan dalam proses penemuan vaksin HIV.

Akan tetapi ada kabar baik datang di tahun 2021. Data awal dari uji klinis tahap awal dari International AIDS Vaccine Initiative dan The Scripps Research Institute di La Jolla, California, menunjukkan bahwa penemuan vaksin HIV terbaru mungkin menjanjikan.

Menurut dr. William Schaffner, Profesor Pengobatan Pencegahan di Departemen Kebijakan Kesehatan serta Profesor Kedokteran di Divisi Penyakit Menular di Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, yang juga terlibat dalam uji klinis vaksin mengatakan, meski ini masih merupakan penelitian tahap awal, namun hasilnya menjanjikan.

Kandidat vaksin HIV memang masih perlu diuji lagi dalam penelitian yang lebih besar, namun para ahli yang terlibat di dalamnya sangat berharap jika vaksin ini akan berhasil. “Ini adalah pendekatan yang sangat inovatif untuk mengembangkan vaksin yang bahkan belum pernah dilakukan sebelumnya,” ujar dr. William Schaffner.

HIV merupakan virus yang bermutasi dengan cepat, tak heran jika vaksinnya sukar sekali ditemukan. HIV juga memiliki banyak subtipe berbeda, sehingga vaksin yang menawarkan perlindungan terhadap satu subtipe HIV mungkin tidak efektif terhadap subtipe lain.

Penelitian baru dari IAVI dan Scripps bertujuan untuk mengatasi hambatan ini, dengan mengembangkan vaksin yang membantu tubuh menciptakan “antibodi penetral secara luas”. Para peneliti berharap dapat merangsang sistem kekebalan seseorang terhadap banyak varian dan mutasi HIV.

Tahap awal atau uji klinis fase 1 yang masih berlangsung, melibatkan 48 orang dewasa sehat yang menerima total dua dosis vaksin atau plasebo dengan selang waktu dua bulan. Data awal menunjukkan 97% dari mereka yang menerima vaksin memiliki bukti awal bahwa sistem kekebalan mereka mungkin mampu membuat antibodi yang luas ini, seperti tujuan dari penelitian.

Para peneliti di IAVI dan Scripps bekerja sama dengan perusahaan, seperti Moderna, untuk memanfaatkan teknologi mRNA yang digunakan dalam pengembangan vaksin Covid-19. Sementara kandidat vaksin HIV yang sedang dipelajari dalam uji coba ini tidak berbasis mRNA, para peneliti melihat bagaimana teknologi mRNA dapat digunakan di masa depan untuk pengembangan lebih lanjut dari vaksin HIV.

(Foto: decisionsindentistry.com)

YesDok Ads