Rutin Membaca dan Menulis Bantu Turunkan Risiko Alzheimer

July 22, 2021 | Helmi

membaca

Penyakit Alzheimer adalah gangguan neurologis. Pada tahun 2020, sekitar 5,8 juta orang di Amerika Serikat hidup dengan kondisi alzheimer, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Gejala awal termasuk masalah memori dan kebingungan, sementara gejala yang lebih parah termasuk ketidakmampuan untuk berkomunikasi dan kejang. Tidak ada cara untuk mencegah, menyembuhkan, atau menghentikan perkembangan alzheimer.

Studi sebelumnya telah menemukan bahwa aktivitas yang merangsang kognitif, seperti membaca, memiliki hubungan dengan risiko penurunan kognitif yang lebih rendah.

Beberapa orang mengatakan bahwa aktivitas ini menunda timbulnya gejala kognitif yang terkait dengan alzheimer dengan meningkatkan cadangan kognitif — cadangan kemampuan berpikir, yang berbeda antar individu, dan dikembangkan selama hidup.

Para ilmuwan telah mencatat hubungan antara tingkat aktivitas kognitif yang lebih tinggi dan risiko alzheimer yang lebih rendah untuk beberapa waktu. Namun, seberapa kuat pengaruhnya dan alasan di baliknya masih belum jelas.

Baru-baru ini, para ilmuwan dari Rush University Medical Center di Chicago melakukan penelitian yang menyelidiki hubungan antara tingkat aktivitas kognitif dan usia onset penderita alzheimer, di samping berbagai faktor lainnya.

“Saya yakin bahwa aktivitas kognitif yang lebih tinggi akan dikaitkan dengan onset demensia di usia lanjut, tetapi saya tidak yakin dengan ukuran asosiasi tersebut,” ujar Dr. Robert Wilson, penulis utama makalah tersebut..

“Studi ini menunjukkan bahwa gaya hidup yang aktif secara kognitif dapat mencegah gejala kognitif penyakit Alzheimer dan gangguan terkait selama beberapa tahun dan dengan demikian sangat mengurangi berapa banyak masa hidup seseorang yang dihabiskan dalam keadaan cacat kognitif,” lanjutnya.

YesDok Ads

Para peneliti memeriksa data dari 1.903 orang dengan usia rata-rata 79,7 tahun yang terdaftar di Rush Memory and Aging Project, sebuah studi longitudinal tentang penuaan dan demensia.

Para peserta menjawab tujuh pertanyaan untuk menilai tingkat aktivitas kognitif mereka. Ini termasuk pertanyaan tentang berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk membaca setiap hari, seberapa sering mereka menulis surat, dan seberapa sering mereka bermain game seperti kartu, catur, dan teka-teki.

Tim juga mengumpulkan informasi tentang aktivitas kognitif sejak dini, kesepian, dan partisipasi dalam aktivitas sosial, termasuk mengunjungi teman atau kerabat.

Pada akhir penelitian, 457 peserta mengembangkan alzheimer. Mereka cenderung lebih tua pada awal penelitian dan memiliki tahun pendidikan yang lebih sedikit daripada peserta lain.

Mereka dengan tingkat aktivitas kognitif tertinggi di usia tua mengembangkan alzheimer pada usia rata-rata 93,6 tahun. Sebaliknya, mereka yang memiliki tingkat aktivitas kognitif terendah di usia tua mengembangkan kondisi tersebut pada usia 88,6 tahun.

Para peneliti melakukan analisis lebih lanjut dan menemukan bahwa tingkat pendidikan, jenis kelamin, aktivitas kognitif awal kehidupan, kecenderungan genetik untuk alzheimer, aktivitas sosial, dan kesepian memiliki sedikit atau tidak ada pengaruh pada kejadian alzheimer. 

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas kognitif selama usia tua adalah faktor yang paling signifikan dalam mengembangkan kondisi tersebut.

YesDok Ads