Perubahan Gaya Hidup dan Intervensi Farmakoterapi Efektif Menurunkan Risiko Prediabetes dan Diabetes

November 18, 2022 | Iman

Perubahan Gaya Hidup dan Intervensi Farmakoterapi Efektif Menurunkan Risiko Prediabetes dan Diabetes

Diabetes menjadi salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk dunia. Pada tahun 2021, International Diabetes Federation (IDF) mencatat lebih dari setengah miliar manusia dari seluruh dunia hidup dengan diabetes atau tepatnya 537 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun. 

Jumlah tersebut diproyeksikan bisa mencapai 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045. Sementara di Indonesia, penderita diabetes mencapai 19,47 juta orang pada 2021, di mana sebanyak lebih dari 236 ribu di antaranya meninggal dunia karena penyakit tersebut. Jika tidak dilakukan upaya pencegahan dan penanganan yang tepat, maka penderita diabetes di Indonesia diperkirakan bisa mencapai 23,33 juta orang pada 2030, bahkan mencapai 28,57 orang pada 2045. 

Tidak hanya itu, diabetes juga menimbulkan beban ekonomi, di mana tercatat total biaya kesehatan yang harus dikeluarkan pasien di Indonesia karena diabetes setidaknya mencapai US$6,7 miliar (sekitar Rp103,6 triliun).

Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, Sp. PD-KEMD., Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes, mengatakan, Prediabetes merupakan kondisi di mana kadar gula darah yang lebih tinggi dari nilai normal, tetapi belum menyentuh kriteria untuk didiagnosis sebagai diabetes. 

Penderita prediabetes memiliki risiko lebih besar menjadi diabetes dibandingkan dengan orang tanpa prediabetes. “Namun, tidak banyak orang yang menyadari kondisi prediabetes karena memang gejalanya yang minim sampai kemudian berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi,” ucap Prof Pradana.

Menurutnya, tanpa upaya pencegahan yang tepat, perkembangan prediabetes menjadi diabetes tipe 2 bisa terjadi lebih cepat. Sebab data menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh pasien prediabetes yang tidak diberikan intervensi akan progres ke diabetes. Selain itu, tidak perlu menunggu jadi diabetes, kondisi prediabetes sendiri sudah berisiko menimbulkan komplikasi kardiovaskular bila tidak ditangani dengan baik. 

Namun, masyarakat tidak perlu khawatir karena walaupun seseorang telah terdiagnosis prediabetes, komplikasi kardiovaskular serta progresi menjadi diabetes dapat dicegah dengan penanganan yang baik, salah satunya dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

YesDok Ads

Risiko terkena diabetes tipe-2 dapat dikurangi hingga 58% dengan perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, dan menurunkan berat badan. Oleh karena itu, semakin cepat menyadari risiko dan melakukan identifikasi prediabetes, semakin cepat kita bisa melakukan perubahan untuk lebih sehat dan terhindar dari risiko diabetes dan komplikasi kardiovaskular.

Intervensi awal yang dapat dilakukan jika terdiagnosis prediabetes risiko ringan adalah mengubah gaya hidup, seperti rutin berolahraga setidaknya 150 menit seminggu atau 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu, misalnya berjalan kaki, naik sepeda, atau berenang. 

“Usaha lainnya dalam mengobati prediabetes adalah berusaha mengubah pola makan dengan diet yang bergizi seimbang dan mengelola stres. Namun, pada orang dengan prediabetes dan risiko tinggi, jika setelah 3 hingga 6 bulan melakukan intervensi gaya hidup dan/atau memperbaiki toleransi glukosa belum berhasil untuk mencapai penurunan berat badan yang diinginkan, maka bisa dikombinasikan dengan intervensi farmakoterapi atau pemberian obat seperti dengan kandungan zat aktif metformin layak dipertimbangkan sebagai terapi obat lini pertama dalam strategi pencegahan prediabetes dan diabetes,” papar prof Pradana.

Selain itu, studi penting oleh Kelompok Penelitian Program Pencegahan Diabetes (DPP) juga telah menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup dan intervensi medis dapat mengurangi kejadian diabetes pada orang yang berisiko tinggi penyakit ini dan manfaat ini telah dikonfirmasi dalam studi jangka panjang selama 10 tahun dan 15 tahun.

(foto: CDC)

 

YesDok Ads