Penelitian: Anak-anak Sama Seperti Orang Dewasa dalam Menyebarkan COVID-19

September 14, 2020 | Iman

Seorang anak

Pembukaan kembali sekolah dan penitipan anak selama pandemi terus menjadi pembahasan yang diperdebatkan, karena penelitian baru menunjukkan bahwa anak-anak tidak sekuat dan tidak anti terhadap COVID-19 seperti yang diyakini banyak orang sebelumnya.

Dalam penelitian dari Korea selatan tersebut, para peneliti tidak hanya menemukan bahwa penggunaan perlindungan pribadi seperti masker dan menjaga jarak dapat mengurangi penularan, mereka juga menemukan bahwa pada anak-anak usia 10 tahun ke atas tingkat penularannya sama tinggi dengan orang dewasa.

Para peneliti menemukan bahwa anak-anak usia 9 tahun ke bawah sepertinya memiliki tingkat penularan terendah, namun risiko menularkan tetap ada.

Para peneliti bahkan berkeyakinan bahwa tingkat penularan pada anak mungkin meningkat karena ada wacana membuka kembali tempat penitipan anak dan sekolah.

Penelitian lain dari Lurie Children’s Hospital of Chicago, Amerika mendukung penelitian tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa anak-anak di bawah usia 5 tahun memiliki risiko terkena penyakit yang lebih tinggi daripada anak-anak di atas usia tersebut dan orang dewasa dan akhirnya memiliki risiko penularan yang lebih besar.

Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang COVID-19, pemahaman bagaimana penyakit tersebut dapat menular ke anak-anak juga meningkat.

YesDok Ads

“Sebagian besar anak-anak nampaknya memiliki gejala yang lebih ringan dan tak terlihat dibanding orang dewasa, walaupun ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa anak-anak benar-benar terpapar dan sakit,” jelas Dokter anak dan CEO Happiest Baby di California, Amerika, Dr. Harvey Karp.

Dia memberikan fakta terkait komplikasi dari COVID-19 yang terungkap dalam beberapa bulan terakhir. Gejala komplikasi diantaranya adalah demam tinggi, kelelahan, mudah tersinggung, demam berlangsung 3 hari atau lebih, sakit perut, diare, muntah, sakit leher dan kesulitan bernafas.

Menurut dr Karp Meskipun komplikasi tersebut jarang terjadi dan dapat diobati, namun perlu diperhatikan karena memiliki efek jangka panjang yang serius.

“Penting untuk diingat meskipun anak memiliki kasus yang kecil, mereka juga dapat menularkan virus ini ke anggota keluarga lainnya,” ungkap dr Karp.

Ia menuturkan bahwa membuka kembali sekolah, terutama pada anak-anak yang lebih kecil, memiliki tantangan yang lebih besar untuk para guru dan orang tua.

“Membiasakan anak-anak untuk memakai masker menjadi tugas yang sulit bagi para guru. Selain itu, anak-anak kecil juga memiliki kebiasaan seperti mengupil dan mengisap jempo yang dapat meningkatkan paparan terhadap infeksi. Oleh karena itu, membuka sekolah dan membiarkan anak bermain bersama sangatlah berisiko,” papar Dr Karp. 

YesDok Ads