Paparan Polusi Udara Meningkatkan Risiko Depresi pada Individu yang Sehat

November 18, 2021 | Helmi

polusi udara

Selain memiliki efek merugikan pada kesehatan fisik, paparan polusi udara yang berkepanjangan juga dikaitkan dengan efek kesehatan mental yang merugikan.

Paparan polutan udara, termasuk partikel halus, dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi kognitif dan depresi.

Materi partikulat halus, juga dikenal sebagai PM2.5, terdiri dari partikel kecil yang dapat dihirup lebih kecil dari 2,5 mikron. Partikel ini biasanya berasal dari sumber industri dan kendaraan.

Bagaimana paparan PM2.5 dapat meningkatkan risiko depresi tidak dipahami dengan baik. Selain itu, para ilmuwan tidak tahu apakah polusi udara dapat berinteraksi dengan kecenderungan genetik untuk depresi yang berakibat meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi.

Sebuah studi baru-baru ini menyelidiki efek paparan PM2.5, dalam kombinasi dengan kecenderungan genetik untuk depresi, pada jaringan otak yang terlibat dalam kognisi dan stres sosial.

Penulis utama studi tersebut, Dr. Hao Yang Tan, seorang ilmuwan di Lieber Institute di Baltimore, MD, mengatakan, “Studi ini mengungkapkan untuk pertama kalinya bagaimana polusi udara dan gen berinteraksi satu sama lain untuk memengaruhi sirkuit kognitif dan emosional otak yang penting. Polusi udara mengubah ekspresi gen yang kondusif untuk depresi.”

“Penelitian sebelumnya telah mengamati hubungan polusi udara dengan depresi, tetapi hasil kami adalah yang pertama menunjukkan penyebab neurologis langsung,” jelasnya.

“Yang paling menarik adalah bahwa kedua faktor tersebut terkait sedemikian rupa sehingga memiliki efek berganda pada risiko depresi seseorang,” ujar Dr Hao. 

“Artinya, bersama-sama, gen risiko dan udara buruk meningkatkan risiko depresi jauh lebih banyak daripada kedua faktor tersebut secara terpisah,” jelasnya.

Studi ini muncul dan dibahas dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

YesDok Ads