Pandemi Bikin Malas Diri, ini Kata Studi

June 07, 2020 | Iman

Bermalas-malasan

Rasa malas adalah hal lumrah yang dimiliki setiap manusia. Namun apa jadinya jika masalah ini berlangsung terus-menerus bahkan di masa pandemi.

Ada yang mengaitkannya dengan prokrastinasi, yakni tindakan mengganti tugas penting dengan tugas berkepentingan rendah, berujung penundaan. Pandemi corona dikaitkan dengan tingkat stres dan kecemasan pada manusia, hal ini menyerang faktir vital manusia salah satunya motivasi.

Aspek psikologis

Kemalasan bukanlah suatu sifat tetapi seperangkat keadaan dan kebiasaan. Orang Yunani menyebutnya 'akrasia' (kelemahan dari keinginan).

“Seseorang dikatakan malas jika dia memiliki potensi untuk melakukan beberapa kegiatan yang harus dilakukan, tetapi tidak bersemangat untuk melakukannya" menurut psikolog klinis Marisa Lobo.

Psikolog klinis lainnya Andrea Tosatto menyebut, malas seharusnya bukan kondisi permanen. Namun ketika keadaan ini berkepanjangan itu bisa menjadi masalah dan mengganggu individu.

Aspek fisik

Apakah kemalasan hanya bersifat psikologis? Seorang konsultan endokrinologis Nishanth Sanalkumar mengatakan "tidak".

Kelelahan atau energi rendah dapat disebabkan oleh banyak kondisi medis: Kekurangan hormon seperti hipotiroidisme, kelainan kelenjar hipofisis dan adrenal, ketidakseimbangan elektrolit, defisiensi nutrisi dan vitamin dan penyakit kronis semuanya dapat mengakibatkan tingkat energi yang rendah, menurut Nishanth.

YesDok Ads

Selama beberapa dekade terakhir, kita telah melihat peningkatan yang mengkhawatirkan dalam apa yang disebut penyakit gaya hidup seperti diabetes Tipe2, penyakit jantung dan kanker. Tren ini terkait erat dengan meningkatnya tingkat obesitas, yang pada gilirannya disebabkan oleh aktivitas fisik yang menurun dan meningkatnya ketersediaan pilihan makanan yang tidak sehat. 

Covid-19 dan Rasa Malas

"Respon yang terkadang berlebihan terhadap COVID-19 dan penerapan isolasi diri baik yang dilakukan individu ataupun wilayah menyebankan hilangnya kepercayaan di masa depan dan menciptakan rasa takut," menurut Tosatto. 

Kondisi kecemasan berlebih ini yang membuat rasa malas yang seharusnya tahap wajar menjadi semakin malas.

Sistem dopamin dan imbalan

Manusia dipersiapkan untuk mengharapkan imbalan atas semua tindakan kita. Otak kita memiliki sistem penghargaan, yang bekerja melalui neurotransmiter dopamin. Dopamin adalah neurotransmitter yang terkait dengan kesenangan dan penghargaan fisik.

Peneliti lain mengidentifikasi gen untuk jenis reseptor dopamin, yang memungkinkan otak Anda memberi penghargaan kepada Anda dan membuat diri merasa baik ketika usai mengambil tindakan. "Reseptor ini yang dapat menjaga Anda dari bahaya malas," Nishanth menambahkan.

(Foto: cnbc)

YesDok Ads