Nikotin Rokok Elektrik Tingkatkan Risiko Bronkitis Kronis

June 16, 2019 | Iman

Rokok elektronik atau vaping sudah menjalar menjadi gaya hidup urban masa kini. Rasanya yang beragam mampu menjangkau semua lapisan penggunanya. 

Tapi, tahukah Anda bahwa nikotin pada rokok elektrik dapat berakibat fatal bagi risiko bronkitis? 

Mengutip Times of India, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine menyebutkan bahwa satu sesi vaping dapat memberikan efek ganda daripada merokok konvensional. 

"Pertanyaannya adalah apakah vape yang mengandung nikotin memiliki efek negatif pada kemampuan untuk membersihkan sekresi dari saluran udara yang mirip dengan asap tembakau," kata penulis senior studi dan profesor di Universitas Kansas, Matthias Salathe.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa vaping dengan nikotin mengganggu frekuensi detak silia dehidrasi cairan saluran napas dan membuat lendir lebih kental atau lengket. Perubahan ini membuatnya lebih sulit bagi bronkus, jalur utama ke paru-paru, untuk mempertahankan diri dari infeksi dan cedera. 

YesDok Ads

"Vaping dengan nikotin tidak berbahaya seperti yang biasa diasumsikan oleh mereka yang mulai vaping. Namun paling tidak itu meningkatkan risiko bronkitis kronis," kata Salathe. 

Lalu para peneliti mengamati lebih jauh sel-sel saluran napas manusia ke uap rokok elektrik yang mengandung nikotin, hal tersebut mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memindahkan lendir atau dahak di permukaan. Fenomena ini disebut "disfungsi mukosiliar." 

Disfungsi mukosiliar adalah gambaran dari banyak penyakit paru-paru, termasuk asma, penyakit paru obstruktif kronik dan fibrosis kistik. 

Untuk penelitian ini, para peneliti menguji efek uap rokok elektrik yang mengandung nikotin pada fungsi mukosiliar saluran napas dalam sel-sel epitel bronkial manusia dan juga pada domba yang mememiliki perbedaan saluran udara ketika terkena uap rokok elektrik.

"Nikotin menghasilkan efek negatif dengan menstimulasi saluran potensial reseptor transien," peneliti menambahkan
 
(Foto: greencamp.com)

YesDok Ads