Memberikan Maaf Ternyata Memberi Efek Positif Pada Kesehatan

June 14, 2019 | Helmi

Tindakan berhati besar, seperti memaafkan kesalahan seseorang pada kita ternyata memberikan manfaat pada kesehatan.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Science Direct mengklaim bahwa tindakan seperti memaafkan kesalahan akan mampu mengurangi tingkat tekanan darah. Para peserta pertama-tama menyelesaikan suatu ukuran laporan diri tentang memaafkan sebelum dimulainya penelitian. Ditemukan bahwa meskipun proses memaafkan tidak secara langsung berhubungan dengan reaktivitas kardiovaskular, tingkatan memberi maaf yang lebih tinggi menurunkan tekanan darah diastolik pada awal dan mendorong pemulihan yang lebih cepat. Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa tindakan memaafkan secara signifikan berperan dalam mengurangi tingkat tekanan darah dan meningkatkan pemulihan kardiovaskular dari stres.

Studi lain yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology juga mengklaim bahwa menyimpan amarah dan permusuhan kemungkinan besar mengarah pada risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner. Ini termasuk kondisi seperti serangan jantung, terutama di antara mereka yang memiliki riwayat penyakit.

Psikolog klinis dan asisten profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Nkins F. Gould menyarankan bahwa tindakan memaafkan berkorelasi dengan menahan amarah. Menurutnya, dengan memberikan maaf ternyata dapat berdampak positif bagi kesehatan fisiologis seseorang.

Sesuai penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Health Psychology, orang yang memiliki tingkat stres seumur hidup yang tinggi meningkatkan kesehatan mental mereka dengan cara memberikan maaf. Studi lain yang diterbitkan dalam Annals of Behavioral Medicine menemukan bahwa memberikan maaf dapat menurunkan tingkat stres.

YesDok Ads

"Respons emosional terkait dengan tipe kepribadian atau genetika seseorang, beberapa merasa sulit untuk memaafkan karena pengalaman buruk saat masalah tersebut terjadi" seperti diungkapkan profesor psikologi di Virginia Commonwealth University, Everett Worthington.

Worthington mengklaim bahwa orang-orang yang terluka mengalami “kesenjangan ketidakadilan” yang membuat mereka sulit untuk memaafkan. Ketika mereka yang salah meminta maaf dan menunjukkan penyesalan atas rasa sakit yang disebabkan, tindakan itu mengurangi kesenjangan ketidakadilan tersebut.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Psychology juga menyarankan bahwa orang yang sering berdoa lebih terbuka untuk memaafkan orang lain.

(Foto: Madam Noire)

YesDok Ads