Mampukah Pulse Oximeter Deteksi Corona?

May 18, 2020 | Iman

Pulse oximeter

Setelah masker, hand sanitizer dan disinfektan menjadi primadona, sekarang oksimeter denyut nadi (pulse oximeter) mulai dicari. Alat itu mulai dipergunakan untuk disimpan di lemari P3K untuk mendeteksi kemungkinan infeksi corona.

Bagaimana cara kerja perangkat ini?

Umumnya, kadar oksigen dalam darah berkisar antara 75 dan 100 milimeter air raksa (mm Hg). Pulse oximeter biasanya menunjukkan pembacaan antara 95 dan 100 persen. Jika tingkat saturasi oksigen pada perangkat kurang dari 90 persen, maka dianggap kurang normal. 

Karena sesak napas dianggap sebagai salah satu gejala utama infeksi corona, orang menggunakan pulse oximeter untuk mendeteksi tingkat oksigen dalam darah mereka. Alat ini dianggap cukup membantu dalam memprediksi gejala dini kesehatan Anda dari rumah.

Permintaan untuk produk ini meningkat setelah sebuah ditemukan banyak kasus pasien Covid-19 yang tidak sesak napas namun memiliki kadar oksigen rendah. Oleh karenanya perangkat tersebut dianggap cukup membantu kesehatan keluarga dalam mendeteksi gejala awal corona dan mengungkapkan jika mereka membutuhkan perawatan yang tepat diluar ia gelaja corona atau bukan.

YesDok Ads

Caranya cukup melekatkan ujung jari Anda pada alat mungil ini seperti mau melakukan sidik jari. Lalu alat ini mengirimkan panjang gelombang cahaya melalui jari untuk mengukur denyut nadi dan tingkat oksigen dalam darah. Setelah penilaian, pulse oximeter menampilkan persentase oksigen dalam darah Anda yang dipompa melalui jantung.

Keterbatasan Akurasi

Pulse oximeter memang dapat membantu mendeteksi kadar oksigen dalam darah. Namun perlu dipahami, agar kita tidak bergantung pada alat ini sebagai acuan infeksi Covid-19.

Salah satu alasannya bahwa kadar oksigen pada orang berkurang ke tingkat berbahaya hanya ketika kondisinya menjadi parah. Muncul lama setelah gejala awal seperti demam tinggi dan batuk kering, bahkan tanpa gejala. Jadi, pulse oximeter bukanlah tolak ukur yang akurat untuk menentukan infeksi Covid 19.

(Foto: nytimes)

YesDok Ads