Hati-Hati Dalam Melakukan Tes Antigen Mandiri

March 20, 2022 | Aqiyu

swab antigen mandiri

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menerbitkan panduan untuk melakukan rapid test antigen secara mandiri oleh masyarakat. Tes antigen ini menggunakan metode swab dengan cara mengambil sampel dalam saluran pernapasan manusia. Meski begitu, di Indonesia sendiri saat ini, tes antigen masih dilakukan oleh tenaga profesional. Bahkan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menghimbau untuk melakukannya secara hati-hati.

Mengutip dari laman Covid-19, pengujian dengan metode swab ini membutuhkan kehati-hatian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang akurat dan mencegah terjadinya luka pada area tertentu misalnya pada saluran pernapasan. Apalagi struktur hidung setiap orang tidak sama. 

 “Jika masyarakat memilih melakukan testing mandiri pastikan sudah cukup handal dan pertimbangkan pula pengelolaan limbah medis setelah menggunakannya,” jelas Wiku.

Selain itu, pastikan pula alat tes rapid antigen yang dibeli dan digunakan sudah terdaftar secara resmi izin edarnya dari Kementerian Kesehatan demi menjamin kualitas dan akurasinya. Adapun alat tes swab yang memenuhi kriteria adalah memenuhi rekomendasi Emergency Used Listing (EUL) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memenuhi rekomendasi Emergency Used Authorization (EUA) US-FDA, memenuhi rekomendasi European Medicine Agency (EMA) Produk RDT-Ag lain dengan sensitivitas lebih dari sama dengan 80 persen dan spesifisitas lebih dari sama dengan 97. Serta setiap produk harus dievaluasi setiap tiga bulan oleh Litbang Kemenkes dan lembaga independen yang ditetapkan oleh Kemenkes.

YesDok Ads

Jadi, ada baiknya Anda tetap melakukan swab antigen dibantu oleh tenaga profesional. Swab antigen mandiri juga dapat meningkatkan risiko penularan yang tinggi. Seperti tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) yang memadai. Mengingat virus sangat kecil sehingga sulit untuk dilihat tanpa alat bantu. Bahaya lainnya dari swab antigen mandiri adalah kemungkinan terjadinya ujung tangkai patah dan berakibat pada pendarahan yang fatal.

Meski begitu itu, pemerintah Indonesia terbuka dengan berbagai upaya yang dapat meningkatkan aksesibilitas testing yang merata bagi masyarakat. Diharapkan pula dalam situasi seperti ini akan memicu lebih banyak peneliti dan inovator di Indonesia dalam menghasilkan alat skrining maupun diagnostik Covid-19 yang lebih mudah digunakan.

(Foto: UKRI)

YesDok Ads