Fakta Tentang Anak Tantrum

February 08, 2020 | Aqiyu

Anak tantrum

Anak kecil banyak sekali tingkah lakunya. Terkadang bikin happy, tapi tidak dapat dipungkiri kalau terkadang tingkahnya menjengkelkan. Sebagai orang tua dituntut harus tetap sabar menghadapi perilaku anak yang hobi marah-marah atau rewel.

Kondisi dimana anak mudah marah, susah menenangkan diri dan mengamuk dimana pun adalah tanda dari anak yang tantrum. Tantrum sendiri merupakan ledakan emosi yang dirasakan baik pada anak-anak ataupun orang dewasa yang mengalami masalah emosional.

Tantrum terdiri dari dua jenis yakni tantrum manipulatif dan tantrum frustasi. Tantrum manipulatif ini terjadi saat kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi. Anak menjadi tantrum manipulatif untuk mendapatkan keinginannya dan terjadi akibat adanya penolakan. Tantrum manipulatif tidak terjadi pada semua anak.

Sedangkan tantrum frustasi terjadi karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Dimana seorang anak tidak dapat mengatakan atau mengekspresikan apa yang dia rasakan. Faktor yang memengaruhi tantrum frustasi adalah kelelahan, kelaparan, atau gagal melakukan sesuatu.

Fakta lainya mengenai anak yang tantrum adalah sebagai berikut:

  • Penelitian menunjukkan bahwa 50-80% anak usia pre-school mengalami tantrum setidaknya satu kali dalam seminggu.
  • Pemicu tantrum terbesar adalah makanan dan waktu makan sekitar 16.7%, menaruh anak di highchair, pushcair atau car seat sebesar 11.6% dan saat menggunakan pakaian sebesar 10.8%.
  • Waktu paling sering terjadi tantrum adalah menjelang siang dan sore hari.

Kondisi tantrum sebenarnya adalah kondisi yang normal terjadi pada masa proses perkembangan anak-anak. Namun tantrum menjadi tidak normal jika sang anak memiliki frekuensi mengamuk yang sering dan dapat mengamuk dalam jangka wkatu yang lama.

Selain itu, saat anak mengamuk berkali-kali melakukan kontak fisik dengan orang lain seeprti memukul, mencubit atau menendang. Tantrum juga tidak sewajarnya jika sang anak marah hingga melukai diri sendiri dan belum mampu menenangkan diri sendiri. Anak-anak mengalami masa tantrum saat berusia 1-4 tahun dimana sang anak belum bisa mengontrol amarahnya. 

(Foto: redbook)

YesDok Ads