Epilepsi Pada Orang Dewasa

November 27, 2019 | Kaifia

Tak hanya terjadi pada anak, epilepsi juga bisa dialami oleh orang dewasa. Epilepsi merupakan penyakit neurologis yang memengaruhi sistem saraf tubuh dan dapat menyebabkan kejang-kejang atau ayan. Kejang yang dialami oleh penderita epilepsi biasanya disebabkan oleh adanya gangguan hubungan syaraf pada otak. Meskipun kedengarannya cukup menakutkan, tidak semua penderita epilepsi mengalami kejang-kejang.

Terdapat dua macam kejang yang bisa dialami oleh penderita epilepsi:

Kejang parsial (fokal)

Disebabkan oleh gangguan syaraf hanya pada sebagian otak dengan ciri-ciri kejang seperti gerakan anggota tubuh yang tersentak, kesemutan pada anggota tubuh, pusing, gerakan yang berulang tanpa disadari, tatapan mata yang kosong dan linglung hingga perubahan emosi.

Kejang general (ayan)

YesDok Ads

Disebabkan oleh gangguan syaraf yang terjadi pada seluruh otak sehingga kejang yang terjadi bisa memengaruhi seluruh tubuh. Ciri-ciri dari kejang genaral adalah jatuh secara tiba-tiba, seluruh tubuh kaku dan tidak dapat bergerak, kejang-kejang dan tidak sadar.

Meskipun penyakit ini sudah diketahui sejak lama, sayangnya penyebab pasti epilepsi masih belum diketahui. Bahkan berdasarkan data yang ada, sekitar dua per tiga penderita epilepsi yang terdiagnosa, tidak diketahui penyebabnya. Meskipun demikian, ada beberapa faktor risiko yang diduga dapat memengaruhi epilepsi, seperti cedera pada kepala atau otak dan mengalami trauma, stroke, tumor otak, Alzheimer, infeksi otak seperti meningitis dan mengerasnya pembuluh darah pada otak.

Riwayat epilepsi dalam keluarga juga bisa menjadi faktor risiko, tetapi belum dapat dibuktikan bagaimana kondisi ini ditularkan secara genetis. Cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang menderita epilepsi adalah melaui tes EEG (electroencephalogram). Alat ini berguna untuk merekam aktivitas syaraf di otak dan memonitor adanya perubahan pola aktifitas otak yang abnormal. Pola aktifitas otak yang tidak stabil menunjukkan kemungkinan besar orang tersebut menderita epilepsi.

Sekali terdiagnosa epilepsi, tidak ada cara untuk mengurangi risiko tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi gejalanya adalah dengan mengonsumsi obat epilepsi. Obat ini bekerja mencegah gangguan komunikasi syaraf pada otak, dan mencegah kejang. Adakala penderita epilepsi dianjurkan mengikuti diet ketogenik, yaitu diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Mengurangi konsumsi karbohidrat mencegah bisa terjadinya miskomunikasi syaraf otak. Pembedahan otak adalah solusi paling terakhir dan hanya disarankan apabila obat dianggap tidak bisa lagi mencegah kejang.

(Foto: Healthline.com)

YesDok Ads