Deteksi Dini Glaukoma untuk Mencegah Kebutaan

March 20, 2022 | Iman

Organ mata

Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terdapat kerusakan pada saraf mata dan umumnya terjadi secara perlahan dan menahun (kronis). Di dunia, glaukoma menjadi penyebab kebutaan permanen nomor 3. Di Indonesia, sebanyak 4-5 orang per 1000 penduduk menderita glaukoma.

Pada tahap awal munculnya kelainan glaukoma, pasien umumnya tidak merasakan perubahan ataupun keluhan (asimtomatik). Gejala dari glaukoma banyaknya muncul saat kondisi sudah lebih lanjut. 

Gejala yang dapat dirasakan oleh penderita glaukoma diantaranya: pandangan buram, jalan sering tersandung atau menabrak akibat dari lapang pandang menyempit, rasa pegal atau nyeri di mata, serta mata merah.

Penderita glaukoma kebanyakan disertai dengan peningkatan tekanan bola mata, namun ada juga jenis glaukoma yang tidak disertai dengan peningkatan tekanan. 

Pemeriksaan tekanan bola mata adalah salah satu pemeriksaan yang akan dilakukan pada screening glaukoma. Pemeriksaan tekanan bola mata dapat dilakukan dengan teknik tanpa sentuhan ke bola mata menggunakan angin (non-contact) ataupun dengan pemeriksaan yang menyentuh bola mata (contact). 

YesDok Ads

Pemeriksaan rutin mata, terutama pemeriksaan saraf mata juga akan dilakukan untuk evaluasi kelainan glaukoma. Apabila terdapat kelainan, dapat dilakukan foto saraf mata. Selain itu, pemeriksaan lain yang akan dilakukan adalah pemeriksaan lapang pandang. Lapang pandang merupakan standar baku untuk menentukan diagnosis glaukoma, karena dapat menunjukkan kelainan pada fungsi saraf mata. 

Pemeriksaan lapang pandang dilakukan menggunakan teknologi komputerisasi bernama Humphrey Automated Perimetry.

Glaukoma umumnya diderita oleh pasien berusia lebih dari 40 tahun. Selain dapat menyebabkan kebutaan permanen, keterlambatan tata laksana dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita di usia produktif. 

Oleh karena itu, kunci utama pencegahan kebutaan akibat glaukoma adalah dengan melakukan deteksi dini sehingga dapat dilakukan pengobatan pada tahap awal penyakitnya. 

Seseorang di atas 40 tahun, memiliki riwayat keluarga dengan glaukoma, memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes melitus, seseorang dengan kelainan refraksi miopia tinggi (kacamata minus) dan hipermetropia tinggi (kacamata jarak jauh plus), terdapat riwayat trauma, serta orang yang menggunakan terapi kortikosteroid merupakan kelompok orang yang perlu untuk melakukan pemeriksaan mata secara lengkap, karena kelompok tersebut memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita glaukoma.

YesDok Ads