Beban Kerja Sebabkan Krisis Kesehatan Mental

October 13, 2019 | Iman

John, 27 tahun, seorang pekerja keras. Dia menghabiskan akhir pekannya dengan bekerja hingga tidak ada waktu dengan keluarga. Tenggat waktu yang tidak realistis, politik kerja, manajemen risiko, semuanya membuat ia cemas setiap saat. 
 
Mayoritas populasi di Asia tidak benar-benar bekerja 5 hari dalam seminggu. Mereka kesulitan bersantai atau sekadar melepas lelah. Entah ada saja tuntutan pekerjaan yang membuat kegiatan lain diabaikan. 

Kartika, 45 tahun, merupakan tulang punggung keluarganya. Dia menghabiskan hampir 12 jam di tempat kerja dan bahkan setelah kembali ke rumah tetap menerika panggilan urusan kantornya. Meski lelah, ia rela bekerja keras karena tidak mau posisinya tergesar oleh orang lain. Lantas apa yang merekan lakukan ini lazim? 

Dilansir Times of India, para ahli coba meneliti orang dengan beban kerja yang tidak ada henti-hentinya tersebut, mereka menemukan bahwa ini amat mempengaruhi mental. Jika Anda berada dalam posisi ini mungkin perlu berkaca lagi pada kontrol dan situasi kebelakang. 

Mereka yang memiliki upah minim umumnya paling berpengaruh akan kondisi ini, sebab mereka bekerja keras untuk mencukupkan nafkahnya. Namun hal ini juga melanda mereka bergaji tinggi, akbibat ketatnya persaingan dan tuntutan target tinggi yang diberikan. 

YesDok Ads

Peneliti mengungkapkan fakta lebih jauh jika mereka merasa bahwa kehidupan dunia kerja tersebut di luar kendali, sehingga mereka seakan hanya hidup harus terus mengejarnya. Mereka yang berada pada posisi ini lebih banyak didominasi kaum wanita, sebab wanita cenderung multitasking melakukan berbagai hal. Pada kasus lain juga mereka menempatkan keadaan di mana berpikiran ingin bunuh diri sebagai jalan pintas keluar dari masalah. 

Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara Dr Poonam Khetrapal Singh mengatakan, "Bekerja sebagai tim umumnya punya porsi masing-masing. Jika Anda memiliki seorang dalam tim yang merasa bekerja keras sendiri, Anda dapat memberi tahunya jika ia tidak sendirian.

Sebuah perusahaan agensi digital di India Gozoop bahkan memfasilitasi karyawan mereka dalam kesehatan mental. Mereka memperkenalkan Mental Wellness yakni peran yang memediasi karyawan dan psikolog internal yang membantu pengindentifikasian masalah sehingga tercipta budaya kerja yang efektif. Mereka yang menjalani kegiatan ini tak sedikit diberi jatah cuti cuma-cuma agar program terapi berjalan tepat.
 
Lebih lanjut Poonam mengatakan bahwa hubungan manusia tidak terbatas pada hubungan pekerjaan saja, tapi juga sosialisasinya. “Dengan mendengarkan cerita atau keluh kesah anggota tim, secara otomatis Anda telah membantu secara psikologis agar ia menjadi lebih baik,” Poonam menambahkan.

(Foto: time.com)
 

YesDok Ads