BAHAYA PENGGUMPALAN DARAH KOAGULOPATI PADA PENDERITA COVID

March 18, 2021 | Dr. Marshell Timotius Handoko, S.Ked

koagulopati covid

COVID-19 ternyata tidak hanya berbahaya secara khusus berpengaruh pada infeksi saluran nafas, namun ternyata berpengaruh juga secara sistemik yang bisa mengakibatkan kondisi berbahaya yang bisa menyebabkan kematian. Pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit ternyata banyak yang menunjukkan kejadian koagulopati. 

Koagulopati adalah gangguan sistem koagulasi / pembekuan darah yang dapat bermanifestasi sebagai bekuan darah (trombus) di vena, arteri atau menyeluruh (sistemik). Bagaimana terjadinya (patogenesis) koagulopati pada COVID-19 (COVID19-Associated Coagulopathy / CAC) berbeda dengan koagulopati pada umumnya, yaitu pembentukan trombus yang terjadi pada pembuluh darah paru (Pulmonary Intravascular Coagulopathy / PIC) yang dapat disertai sedikit perdarahan, hingga Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC) yang klasik dan bersifat sistemik.

PIC dapat menyebabkan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan dibuktikan pada laporan pasca kematian (pulmonary post mortem findings) di Italia dan beberapa tempat yang menunjukkan mikrotrombi dalam vaskular paru pada pemeriksaan patologi. PIC yang terus-menerus akan merangsang proses inflamasi yang berlebihan sehingga terjadi hiperinflamasi yang ditandai dengan Cytokine Storm Syndrome (CSS) atau Macrophage Activating Syndrome (MAS).

Sitokin-sitokin (IL-2, IL-6, TNF dan lain-lain) akan merangsang koagulopati dan trombosis sistemik. Kaskade trombosis ini khas, dan dikenal dengan sebutan immunothrombosis. Koagulasi dan trombosis ini akan mengakibatkan Multi Organ Disfunction (MOD) dan Multi Organ Failure (MOF). Keparahan trombosis yang terjadi sangat terkait dengan beratnya inflamasi yang sangat dipengaruhi oleh proses viremia, sehingga menekan inflamasi dan viremia dengan anti-inflamasi dan anti-virus serta memberikan hidrasi yang cukup adalah termasuk bagian utuh dari tromboprofilaksis yang tidak dapat dipisahkan.

Selain PIC, manifestasi trombus di vena dapat berupa Venous Thromboembolism (VTE), baik berupa emboli paru (Pulmonary Embolism / PE) atau trombosis vena dalam (Deep Vein Thrombosis / DVT).(2) Hal ini dibuktikan dengan data Computed Tomography Pulmonary Angiography (CTPA) yang menemukan PE pada 10 dari 30 pasien (33% CTPA yang dilakukan) dan kejadian VTE pada 33% dari 44 pasien yang menjalani pemeriksaan imajing dalam 24 jam pertama perawatan. Gambaran yang khas pada kondisi ini adalah sub-segmental pulmonary embolism.

Selain trombosis vena dapat terjadi komplikasi trombosis arteri berupa stroke (2,5% kasus) atau sindrome koroner akut (Acute Coronary Syndrome / ACS) (1,1% kasus). Stroke adalah salah satu komplikasi dari COVID-19 dengan angka kejadian 4,2-5,9%. Salah satu jenis stroke terkait dengan trombosis akibat koagulopati pada pasien COVID-19 adalah trombosis sinus vena serebral (Cerebral venous sinus thrombosis/CVST). Terdapat beberapa laporan kasus mengenai kejadian CVST pada pasien COVID-19 dengan manifestasi seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran, defisit neurologis, dan kejang yang dibuktikan dengan CT scan kepala atau CT Venogram. CVST dapat terjadi pada pasien COVID-19 usia muda (< 50 tahun).

Data/laporan COVID-19 di luar negeri menunjukkan bahwa D-dimer pada pasien yang non-survivor lebih tinggi dibandingkan dengan survivor dan berhubungan dengan prognosis yang buruk pada pasien COVID-19. D-dimer dapat digunakan sebagai sole-predictor yang baik dalam menentukan pola trombroprofilaksis serta monitoring hasil terapi.

Pemeriksaan D-dimer juga disarankan dilakukan pada pasien penyintas COVID-19. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan potensi resiko bahaya yang bisa terjadi saat pasien COVID-19 sudah dinyatakan sembuh tanpa mengindahkan faktor-faktor resiko lainnya yang tentunya perlu di kontrol dengan baik. 

Pasca sembuh COVID-19 baiknya tetap lakukan pola hidup sehat dan melakukan protokol kesehatan serta melakukan usaha pemulihan kondisi secara bertahap. Jangan lupa juga untuk rutin berkonsultasi dengan dokter agar anda bisa memahami terkait kondisi yang anda alami. Dokter YesDok siap 24 jam untuk selalu membantu anda terkait kondisi anda.

Sumber: Rekomendasi IDI Pemberian Antikoagulan Profilaksis

 

YesDok Ads