Apa Itu Penyakit Paru Obstruktif Kronis? Kenali Faktor Risiko dan Gejalanya

November 22, 2022 | Claudia

Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronis adalah sekelompok penyakit yang meliputi bronkitis kronis dan emfisema. Seiring berjalannya waktu, penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK dapat membuat seseorang kesulitan untuk bernapas akibat kerusakan para paru-paru.

Penyakit paru obstruktif kronis adalah istilah umum untuk berbagai macam penyakit paru progresif. Bronkitis kronis dan emfisema dapat menyebabkan kondisi ini. Saat didiagnosis dengan penyakit ini, maka Anda kemungkinan memiliki salah satu dari penyakit yang merusak paru atau mungkin keduanya.

Bronikits kronis

Bronkitis kronis mengiritasi saluran bronkial yang membawa udara dari dan ke paru-paru. Dalam kondisi ini, tabung pada paru membengkak, dan lendir seperti dahak atau ingus menumpuk di sepanjang lapisan. Penumpukan lendir ini dapat mempersempit lubang pada tabung, sehingga sulit untuk mendapatkan udara masuk dan keluar dari paru-paru.

Struktur kecil seperti rambut di bagian dalam tabung bronkial, atau biasa disebut silia, biasanya mengeluarkan lendir dari saluran udara. Akan tetapi, iritasi akibat bronkitis kronis dan/atau kebiasaan merokok dapat merusak silia, dan silia yang rusak tidak dapat membantu membersihkan paru-paru dan tabungnya dari lendir.

Emfisema

Emfisema adalah kerusakan pada dinding kantong udara kecil (alveoli) di ujung saluran bronkial, yang terletak di bagian bawah paru-paru.

Bentuk paru-paru serupa pohon terbalik, dengan batangnya adalah tenggorokan atau trakea, cabangnya adalah bronkus, dan daunnya adalah kantong udara atau alveoli.

Kantong udara memainkan peran penting dalam mengirimkan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon dioksida. Kerusakan yang disebabkan oleh emfisema dapat menghancurkan dinding kantong udara, sehingga sulit untuk bernapas dengan penuh.

Siapa saja yang dapat mengalami penyakit paru obstruksif kronis?

YesDok Ads

Penyebab utama dari penyakit paru obstruktif kronis adalah merokok, namun, tidak semua perokok dapat mengembangkan penyakit ini.

Anda mungkin berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit ini jika:

  • Berjenis kelamin perempuan
  • Berusia di atas 65 tahun
  • Sering terpapar polusi udara
  • Pernah bekerja atau melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia, debu, atau asap
  • Memiliki defisiensi antitripsin alfa-1 (AAT), yakni faktor risiko genetik untuk penyakit paru obstruktif kronis
  • Mengalami riwayat infeksi pernapasan yang sering selama masa kanak-kanak

Penyebab penyakit paru obstruktif kronis

Merokok menyebabkan hingga 90% kasus penyakit paru obstruktif kronis. Beberapa penyebab lainnya termasuk:

  • Defisiensi alfa-1 antitripsin (AAT), atau kelainan genetik. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah kelainan bawaan atau genetik yang jarang terjadi, dan dapat menyebabkan emfisema. Antitripsin alfa-1 adalah enzim yang membantu melindungi paru-paru dari efek peradangan yang merusak. 
  • Paparan asap rokok. Asap tembakau dapat mengiritasi saluran udara, memicu peradangan yang menyempitkan saluran udara. Asap juga dapat merusak silia, sehingga silia tidak dapat melakukan tugasnya mengeluarkan lendir dan partikel lain yang terjebak di saluran udara dengan optimal.
  • Paparan polusi udara.
  • Debu dan asap di tempat kerja.

Gejala penyakit paru obstruktif kronis

Beberapa gejala penyakit paru obstruktif kronis yang mungkin muncul adalah:

  • Batuk berdahak dalam waktu yang lama.
  • Kesulitan untuk mengambil napas panjang atau pernapasan dalam.
  • Sesak napas saat melakukan olahraga, bahkan pada jenis olahraga ringan seperti berjalan atau menggunakan tangga.
  • Sesak napas saat melakukan aktivitas rutin.
  • Mengi.

Jika Anda mengalami salah satu gejala penyakit paru obstruktif kronis, segera periksakan kondisi ini ke dokter, meskipun Anda tidak merasa sakit. Jangan menunggu gejala menjadi terlalu parah.

Mengenali gejala penyakit paru obstruktif kronis lebih awal dapat membantu pengobatan menjadi lebih efektif, sehingga kemungkinan untuk sembuh lebih besar.

(Foto: Office on Women’s Health)

YesDok Ads