Apa itu Anosmia?

September 17, 2020 | Claudia

Anosmia

Anosmia adalah kondisi hilangnya fungsi indera penciuman. Ini biasanya terjadi akibat cedera kepala, masalah dengan saluran hidung, atau infeksi virus yang parah pada saluran pernapasan bagian atas. Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa orang terlahir tanpa indera penciuman, dokter menyebut kondisi ini sebagai anosmia bawaan.

Selain anosmia, ada beberapa jenis disfungsi penciuman, seperti:

  • Hiposmia; Kondisi hilangnya sebagian fungsi indera penciuman
  • Parosmia; Kondisi ketika persepsi bau menjadi terdistorsi, sehingga bau yang menyenangkan mulai terasa tidak menyenangkan.
  • Phantosmia; Kondisi ketika seseorang percaya bahwa mereka dapat mencium sesuatu, padahal sebenarnya tidak ada aroma menyengat apapun.

Penelitian baru menunjukkan bahwa anosmia merupakan salah satu gejala COVID-19 yang dapat mengindikasikan kasus penyakit yang ringan.

Penelitian, yang ditampilkan dalam Forum Internasional Allergy & Rhinology, mungkin bermanfaat dalam membantu dokter untuk mengidentifikasi pasien COVID-19 mana yang memerlukan rawat inap dan mana yang dapat ditangani hanya dengan isolasi mandiri di rumah.

Dalam artikel korespondensi di The Lancet Infectious Diseases, Dr. Michael Xydakis dari Departemen Pertahanan, United States Air Force Medical Services Corp, dan rekan-rekannya menyoroti bahwa belum jelas mengapa atau bagaimana COVID-19 menyebabkan seseorang kehilangan fungsi indera penciumannya. Namun, pengamatan awal mereka menunjukkan bahwa hilangnya kemampuan untuk mencium bau mungkin terjadi pada proses awal infeksi atau pada pasien dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala.

Untuk melakukan penelitian, penulis melihat data dari 169 orang yang dinyatakan positif COVID-19. Dari orang-orang ini, 128 kasus memiliki data yang berkaitan dengan kemampuan mereka untuk mencium atau mengecap, sehingga tim memasukkan individu-individu ini ke dalam kelompok studi akhir.

YesDok Ads

Para penulis menemukan bahwa orang yang membutuhkan rawat inap karena COVID-19 jauh lebih kecil kemungkinannya untuk melaporkan bahwa mereka kehilangan penciuman atau rasa daripada mereka yang tidak perlu tinggal di rumah sakit.

Salah satu penulis senior, dr. Adam S. DeConde, seorang dokter di departemen bedah di University of California San Diego Health, mencatat bahwa “Pasien yang melaporkan kehilangan penciuman 10 kali lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat akibat COVID-19 dibandingkan dengan mereka yang tidak kehilangan penciuman."

“Selain itu, anosmia tidak terkait dengan hal lain sehingga menunjukkan bahwa anosmia benar-benar faktor independen dan dapat berfungsi sebagai indikasi kasus COVID-19 dengan gejala ringan,"

DeConde berspekulasi bahwa hilangnya penciuman dapat mengindikasikan bahwa tingkat keparahan virus bergantung pada tempat virus itu menginfeksi seseorang dan seberapa banyak yang masuk ke dalam tubuh mereka.

Para penulis mencatat bahwa penelitian mereka memiliki beberapa keterbatasan. Meskipun demikian, penelitian ini menyoroti hal-hal yang mungkin berharga untuk diteliti lebih dalam. Selain itu, mengingat krisis sumber daya yang dialami oleh sistem perawatan kesehatan saat ini, penelitian ini mungkin bermanfaat dalam membantu staf klinis menentukan pasien mana yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan mana yang dapat melakukan perawatan mandiri di rumah, sehingga mengurangi beban keterisian pada rumah sakit.

(Foto: hunimed.eu)

YesDok Ads