Anak-anak dengan Insomnia Mungkin akan Mengalaminya Hingga Dewasa

February 23, 2022 | Helmi

anak insomnia

Anak-anak yang tidur sekitar tujuh jam atau kurang ketika mereka berusia sekitar 9 tahun, berpotensi mengalami insomnia di masa dewasa (rata-rata usia 24 tahun), dibandingkan dengan peserta yang memiliki tidur normal selama masa kanak-kanak.

Menurut sebuah penelitian baru yang diterbitkan di jurnal Pediatrics menemukan, mereka yang mengalami insomnia selama masa remaja (rata-rata berusia 16 tahun) memiliki risiko lima setengah kali lebih tinggi mengalami gejala insomnia dewasa dibandingkan dengan remaja yang tidur secara normal. 

Penulis studi mengatakan penelitian mereka adalah studi jangka panjang pertama yang menggambarkan lintasan perkembangan gejala insomnia masa kanak-kanak hingga dewasa dengan ukuran subjektif dan objektif.

"Berdasarkan penelitian kami dan yang lain sebelumnya, kami tidak mengharapkan gejala insomnia bertahan pada sekitar 40% dari anak-anak berusia 9 tahun hingga dewasa muda setelah mereka berusia sekitar 24 tahun," kata penulis utama studi Julio Fernandez-Mendoza, seorang psikolog klinis bersertifikat dalam pengobatan tidur perilaku dan direktur program Behavioral Sleep Medicine di Penn State Health dan Penn State College of Medicine.

Gejala insomnia yang dalam transisi ke masa remaja sebagian besar ditentukan oleh faktor perilaku atau lebih rentan secara biologis selama periode perkembangan remaja, tulis para peneliti.

“Orang dengan insomnia cenderung menghabiskan waktu berlebihan di tempat tidur atau melakukan hal-hal lain di tempat tidur yang tidak hanya tidur, perilaku yang mungkin dipelajari sejak dini,” kata Fernandez-Mendoza.

"Namun, salah satu mekanisme insomnia utama adalah hyperarousal, dipahami sebagai disregulasi biologis dari gejala stres dan pusat otak yang mengontrol gairah/bangun," jelasnya. 

YesDok Ads

Remaja diketahui memiliki jenis hyperarousal ini. Faktor lain seperti jenis kelamin, ras atau etnis, dan status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi gejala insomnia.

Studi ini juga menekankan perlunya mengatasi insomnia pada masa kanak-kanak "secepatnya dan mencoba dan mengatasi masalah yang mungkin menyebabkan insomnia atau kurang tidur," kata Dr. Robin Lloyd, seorang dokter obat tidur anak di Mayo Clinic, yang tidak terlibat dalam penelitian.

"Kami melihat insomnia dengan tidak hanya sebagai tantangan fisik tetapi juga tantangan kesehatan mental," kata Lloyd. 

"Cenderung ada hubungan dua arah, di mana orang yang memiliki lebih banyak masalah kesehatan mental cenderung memiliki lebih banyak masalah tidur; orang yang memiliki lebih banyak masalah tidur cenderung memiliki lebih banyak masalah kesehatan mental," tambahnya.

“Berfokus pada kebiasaan dan perilaku baik yang dapat kita kendalikan, terutama di masa kanak-kanak dan remaja, itu akan menghasilkan perilaku baik dan kebiasaan positif sebagai orang dewasa," pungkas Lloyd.

 

YesDok Ads