Ahli Temukan Pasien Sembuh dari Covid-19 Didiagnosis dengan Masalah Kesehatan Mental

April 13, 2021 | Helmi

ilustrasi pasien

Sejak awal pandemi COVID-19, ada kekhawatiran bahwa orang berhasil sembuh atau dari virus ini mungkin memiliki peningkatan risiko kondisi kesehatan saraf dan mental. Kekhawatiran ini didasarkan pada pengalaman masa lalu yang ditemui para ahli dengan kasus dari virus lain.

Pada November 2020, sebuah studi observasi dari para ilmuwan di University of Oxford, Inggris, melaporkan bahwa penyintas memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan mood dan kecemasan dalam 3 bulan setelah menerima diagnosis COVID-19.

Peneliti yang sama kini telah menggunakan catatan kesehatan lebih dari 236.000 pasien di AS untuk memperkirakan risiko mengembangkan kondisi neurologis dan kejiwaan dalam 6 bulan setelah diagnosis COVID-19.

Peserta telah menerima diagnosis COVID-19 antara 20 Januari dan 13 Desember 2020. Para peneliti memperkirakan bahwa insiden keseluruhan diagnosis kesehatan neurologis atau mental adalah 34%.

Dalam 6 bulan setelah diagnosis COVID-19 mereka, 13% peserta menerima diagnosis pertama dari kondisi neurologis atau kejiwaan.

Diagnosis yang paling umum adalah gangguan kecemasan pada 17% dari semua peserta, gangguan mood, di 14%, gangguan penyalahgunaan zat 7%, dan insomnia 5%. Studi baru ini telah dipublikasikan di The Lancet Psychiatry.

YesDok Ads

Mereka yang mengalami COVID-19 lebih parah memiliki risiko kesehatan mental dan diagnosis neurologis yang lebih besar.

Partisipan yang mengalami delirium, yaitu keadaan kebingungan mendadak, atau ensefalopati, yang merupakan penyakit atau kerusakan otak, selama sakitnya memiliki risiko keseluruhan tertinggi, yaitu 62%, selama 6 bulan berikutnya.

Prof Paul Harrison, penulis senior studi tersebut, mengatakan bahwa hasil tersebut mengkonfirmasi tingginya tingkat diagnosis kesehatan mental setelah COVID-19.

Dia menekankan bahwa meski insiden gangguan saraf jauh lebih rendah daripada kondisi kesehatan mental, risiko ini masih signifikan, terutama di antara orang dengan COVID-19 parah.

“Meskipun risiko individu untuk sebagian besar gangguan kecil, efeknya di seluruh populasi mungkin substansial bagi sistem perawatan kesehatan dan sosial karena skala pandemi, dan banyak dari kondisi ini bersifat kronis,” tambahnya.

(Foto: Freepik)

YesDok Ads