Kematian akibat serangan jantung mendadak seringkali tanpa dibarengi dengan peringatan. Sebagian besar kasus sangat sulit diprediksi

Tapi kondisi tersebut mungkin akan berubah, berkat teknologi pencitraan 3D dan kecerdasan buatan (AI) yang sedang dipelajari di Universitas Johns Hopkins.

Para peneliti bekerja untuk menciptakan model jantung yang lebih akurat dan personal untuk jantung Anda, jika Anda memiliki penyakit jantung.

“Saat ini, seorang dokter hanya dapat mengatakan apakah pasien berisiko atau tidak berisiko mengalami kematian mendadak,” kata Dan Popescu, PhD, ilmuwan riset Johns Hopkins dan penulis pertama studi baru tentang kemampuan AI untuk memprediksi serangan jantung mendadak. 

“Dengan teknologi baru ini, Anda dapat memiliki prediksi yang jauh lebih bervariasi tentang kemungkinan suatu peristiwa serangan jantung dari waktu ke waktu.”

Dengan kata lain, dengan bantuan AI, dokter mungkin tidak hanya dapat memprediksi apakah seseorang berisiko terkena serangan jantung mendadak, tetapi juga kapan hal itu paling mungkin terjadi. 

Mereka dapat melakukan ini dengan menggunakan tampilan yang lebih jelas dan lebih personal pada “kabel” listrik jantung Anda.

Dalam makalah terbaru di Nature Cardiovascular Research, tim peneliti menunjukkan algoritme mereka menilai kesehatan 269 pasien dan mampu memprediksi kemungkinan serangan jantung mendadak hingga 10 tahun sebelumnya.

“Ini benar-benar pertama kalinya, sejauh yang kami tahu, di mana teknologi pembelajaran mendalam telah terbukti berhasil menganalisis jaringan parut pada jantung dengan cara yang berhasil,” kata Popescu.

Popescu dan Trayanova mengatakan algoritme AI mengumpulkan informasi dari model jantung komputasi 3D dengan data pasien seperti MRI, etnis, usia, gaya hidup, dan informasi klinis lainnya. 

Menganalisis semua data ini dapat menghasilkan perkiraan yang akurat dan konsisten tentang berapa lama pasien dapat hidup jika mereka berisiko mengalami kematian mendadak.