SEX EDUCATION PERLUKAH BAGI ANAK-ANAK

September 07, 2023 | Dea

Sexeducation, pelecehanseksual

Seks merupakan salah satu aktivitas paling penting bagi perkembangan dan kesehatan jiwa bagi seseorang. Pengaruhnya sangat berdampak besar mulai dari saraf hingga keseluruhan organ tubuh. Meskipun memberikan sumbangsih yang besar bagi kesehatan, hal ini masih digolongkan sebagai topik yang tabuh untuk diperbincangkan.

Sehingga, banyak sekali orang-orang memiliki sedikit ilmu pengetahuan terkait seks yang baik dan sehat. Lumrahnya, pembicaraan ini hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang sudah berumah tangga. Tidak jarang juga, orang yang dewasa namun belum menikah akan dipandang buruk jika membahas dan memiliki pengetahuan yang luas terkait seks.

Karena terbatasnya ruang dan informasi yang memadai terkait seks. Bagi remaja usia 11-17 tahun masih awam apalagi khususnya anak-anak 6-10 tahun dan yang balita terkategori berusia 3-5 tahun yang fungsi otaknya sudah berkembang lebih baik dalam memahami.Hal ini menjadi tantangan yang besar bagi orang tua dan tenaga medis untuk memberikan sosialisasi terkait sex education itu sendiri nih sobat YesDok. 

Berikut ini penjelasan mengapa pentingnya sex education diajarkan sejak dini.

Pentingnya Edukasi Seksual

Akibat dari ketabuhan seks untuk dipelajari, banyak sekali kasus pelecehan seksual yang terjadi disekitar kita, salah satunya pedofilia yang ditandai sebagai kelainan kejiwaan yang terkategori pada hasrat seksual terhadap bayi, anak-anak dan remaja sehingga melakukan tindakan pelecehan dan hal-hal tak senonoh kepada korban.

Peristiwa ini sering terjadi di Indonesia khususnya. Anak-anak tidak diajarkan dan diberi pengertian secara spesifik tentang pentingnya menjaga keselamatan diri terkhusus pada organ keintiman. Rendahnya pengetahuan terkait organ seksual, menjadikan anak-anak tidak aware terhadap privasi dirinya. 

Dilansir dari www.medscape.com, pada usia 15 tahun terdapat  21% anak perempuan, 20% anak laki-laki pernah melakukan hubungan seksual setidaknya sekali, Berdasarkan data Nasional Pertumbuhan Keluarga tahun 2015-2017. Pada usia 17 tahun terdapat  53% pada anak perempuan, 48% pada anak laki-laki. Usia 20 tahun, sekitar 79% perempuan, 77% laki-laki.Berdasarkan CDC, 2021 terkait pengobatan serta skrining IMS bahwa terdapat infeksi klamidia dan gonore pada wanita, paling besar terjadi pada anak remaja dan dewasa muda.

Berdasarka data di atas, menandakan bahwa anak-anak paling rentan terdampak dari aktivitas seksual yang tidak baik. Oleh karena itu, hal ini seharusnya menjadi kesadaran dan peran aktif oleh  kita bersama nih sobat YesDok, agar kedepannya kesadaran akan pentingnya sex education menjadi perhatian bersama untuk  menjaga keluarga dan yang tersayang dari bahayanya.

 

Dampak Mengabaikan Sex Education Pada Anak

 

Sebuah pernyataan yang pernah dilontarkan oleh bintang papan atas Hollywood yaitu Billie Eilish dalam interview nya bersama Howard Stern, ia menyatakan bahwa dirinya sangat sering menonton pornografi dimulai sejak usia 11 tahun dengan frekuensi yang sering, sehingga membuat kemampuan otaknya lemah dan sangat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mentalnya.

Hal ini terjadi karena kemudahan akses yang mendukung teknologi dalam segala hal termasuk pornografi. Namun terbatasnya dan sedikitnya informasi yang membahas terkait sex education untuk menjadi pengimbang efek buruk dari pornografi tersebut.
 

Berikut beberapa dampak dari minimnya edukasi seks kepada anak : 

  • Maraknya kasus pelecehan seksual, termasuk cat calling
  • Predator seksual meningkat
  • Melemahnya kemampuan kerja otak
  • Meningkatnya kasus penyakit menular seksual
  • Hilangnya kepercayaan diri dan rasa hormat terhadap privasi tubuh
  • Tingginya kasus aborsi
  • Meningkatnya anak hasil inses/ hubungan sedarah
  • Meningkatnya angka kelahiran yang tidak berkualitas
  • Resiko terancam jiwa dan kesehatan
  • Meningkatnya kasus penyakit mental, seperti pedofilia
  • Rusaknya norma-norma yang berlaku
  • Meningkatnya PSK
  • Hilangnya rasa apresiasi terhadap diri

 

Fase Perkembangan Seksual Pada Anak

 

Saat menjadi orang tua anda harus sudah mendeteksi kemugkinan yang terjadi kedepannya terkait pola asuh, pemenuhan nutrisi dan gizi, mencakup kebutuhan primer, sekunder dan tersier pada keturunan. 

Sehingga banyak sekali tantangan yang harus dihadapi kedepannya. Pemenuhan kebutuhan secara fisik saja tidak cukup dalam merawat anak. Anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang, dan penerimaan terkait kebutuhan psikologis yang utama dalam tumbuh kembangnya.

 

Sobat YesDok, anda juga harus mempersiapkan hal-hal berikut ini, agar tidak menjadi orang tua yang gagal dalam membesarkan anaknya. Karena anak-anak akan merasakan dan melewati fase penasaran terhadap organ reproduksinya, anda harus bisa memenuhi rasa penasarannya dengan bijaksana dan jelas.

Menurut Sigmud Freud dilansir dari yankes.kemkes.go.id, menerangkan bahwa perkembangan psikoseksual anak terbagi menjadi beberapa fase, antara lain sebagai berikut :
 

  • Fase Pragential 

Pada fase ini anak belum menyadari fungsi dan perbedaan alat kelamin, mereka hanya merasakan kenikmatan dari oral (0-2 tahun) , seperti menghisap jempol dan menyusui. Sedangkan kenikmatan anal (2-4 tahun) seperti melalui daerah anus, seperti proses pembuangan.
 

  • Fase Phallus

Pada fase ini (6-10 tahun) anak sudah mengetahui perbedaan kelamin antara dirinya dengan  orang lain, mereka juga cenderung membandingkan alat kelaminnya. Anak juga mulai mengalami dorongan seksual, seperti ketertarikan terhadap lawan jenis.

 

Langkah Edukasi Seksual Terhadap Anak


 

  • Mendemostrasikan pengetahuan terkait menjaga kesehatan seksual, menjaga privasi diri, dan fungsi dari reproduksinnya. 

 

  • Memberikan evaluasi dengan literatur kesehatan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, bisa juga memperlihatkan gambar agar memudahkannya dalam memahami dan membandingkan.
     
  • Mengajarkan proteksi diri dengan tindakan sederhana seperti selalu menutupi organ intimnya dengan sebaik mungkin. Serta ajarkan bahwa hanya dirinya yang boleh melihat, memegang dan merawat organ reproduksinya.

 

  • Urgensi paling penting yaitu menanamkan nilai-nilai agama, norma-norma, dan keberanian untuk mengambil tindakan dan sikap terhadap dirinya jika berada disituasi yang membahayakan. Seperti menanamkan mindset untuk menolak ajakan dari siapapun untuk bepergian, berani berteriak dan melakukan tindakan menyerang jika terancam, dsb.

Berdasarkan paparan di atas, sebagai orang tua dan kerabat kita harus memberikan dukungan  dan pengawasan untuk tumbuh kembang anak-anak. Sehingga kedepannya tidak ada lagi kasus pelecehan dan kekeraasan seksual yang terjadi pada keturunan dan orang yang kita sayangi. Pentingnya untuk membicarakan segala sesuatu meskipun tabuh, agar setidaknya anak tidak awam lagi terkait seksual  dan tahu harus mengambil tidakan yang tepat.

 

REFERENSI

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/516/pentingnya-edukasi-seks-pada-anak

https://www.medscape.com/viewarticle/965538#vp_3

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9483836/

YesDok Ads