Sobat Yesdok, baru-baru ini viral kasus mutilasi yang dilakukan suami terhadap istrinya di Desa Cisontrol, Kec. Rancah, Kab. Ciamis, Jawa Barat. Insiden mengerikan ini diduga terjadi lantaran pelaku, Tarsum (41) tertekan akibat terlilit hutang. Tekanan psikologis dapat membuat seseorang kehilangan akal sehat, dan nekat melakukan hal-hal kriminal yang tidak manusiawi.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan di bawah ini, sebagai berikut.
Jenis Gangguan Jiwa
Peristiwa sadis tersebut menimbulkan perdebatan dengan korban Yanti (40), sehingga membuat pelaku (Tarsum) tidak dapat mengendalikan diri. Pelaku dengan keji membunuh korban menggunakan benda tumpul, lalu memutilasi dan memotong bagian tubuh korban hingga 5 bagian, parahnya potongan tubuh juga ditawarkan kepada warga setempat.
Beberapa kasus kekerasan ekstrem yang melibatkan tindakan kriminal adalah contoh dari gangguan jiwa, hal ini merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini dapat mengarah pada tindak kekerasan, karena insiden tersebut, diharapkan masyarakat semakin menyadari tentang pentingnya memahami, mencegah dan menangani gangguan jiwa.
Berikut adalah beberapa jenis gangguan jiwa yang dapat menyebabkan perilaku agresif dan membahayakan orang lain, antara lain:
1. Skizofrenia
Menurut World Health Organization (WHO), Skizofrenia adalah gangguan jiwa serius yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Penderita sering mengalami halusinasi, delusi, dan pikiran yang kacau, dan dalam beberapa kasus, gejala ini dapat memicu tindakan kekerasan atau agresi.
2. Anxiety Bipolar
Menurut WebMD, perubahan suasana hati yang ekstrem, dari sangat bersemangat atau penuh energi, hingga depresi (sangat sedih atau kehilangan energi), adalah tanda gangguan bipolar. Penderita dalam fase ini mungkin bertindak agresif dan tidak terkendali.
3. Gangguan Kepribadian Antisosial
Menurut WebMD, orang-orang dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali tidak memiliki empati dan berperilaku manipulatif atau eksploitasi terhadap orang lain. Mereka juga mungkin melakukan kekerasan tanpa menyesal atau merasa bersalah.
4. Gangguan Social Phobia
Menurut psychiatry.org, seseorang dengan gangguan fobia sosial ini mungkin merasa terancam, merasa penolakan oleh publik, ketakutan berlebihan, sehingga bereaksi dengan agresif dan cenderung menggunakan kekerasan untuk melindungi diri.
5. Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)
Menurut World Health Organization (WHO), PTSD adalah gangguan mental yang muncul setelah peristiwa traumatis. Gejalanya termasuk kilas balik, mimpi buruk, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan. Terkadang, penderita PTSD bisa menjadi agresif atau impulsif.
Perilaku kekerasan yang disebabkan oleh gangguan jiwa memerlukan perhatian dan penanganan serius dari profesional kesehatan mental dan pihak berwenang. Langkah penting untuk menghentikan kekerasan adalah memberikan dukungan kepada penderita yang mengalami gangguan jiwa dan memberikan pendidikan kepada masyarakat luas. Intervensi dan penanganan dini dapat mengurangi risiko tindakan agresif dan menjamin keselamatan semua pihak.
Sebaiknya anda juga berkonsultasi kepada Psikolog agar mendapatkan edukasi dan penanganan yang terbaik terkait kesehatan. Jika bingung harus mulai darimana, anda dapat berkonsultasi secara video call melalui Yesdok tanpa harus keluar rumah.
Anda juga dapat menemukan konten edukasi kesehatan, dapat membantu untuk mengatasi masalah pada kesehatan fisik dan mental anda. Segera kunjungi platform sosial media seputar info kesehatan Yesdok, melalui akun instagram Yesdok Indonesia dan TikTok YesDok Indonesia. Konsultasi fleksibel dengan waktu 24/7 dapat membantu anda untuk sembuh.
REFERENSI
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-disorders
https://www.webmd.com/mental-health/mental-health-types-illness
https://www.psychiatry.org/patients-families/anxiety-disorders/what-are-anxiety-disorders
